Pemasaran destinasi melalui media digital semakin banyak digunakan oleh destinasi-destinasi wisata di Indonesia, bahkan terbentuk pendapat bahwa “tempat wisata viral adalah suatu keberhasilan” namun temuan di lapangan tidak sedikit pengunjung yang datang ke destinasi bukan dikarenakan ia butuh untuk menikmati aktifitas berwisata, namun justru dikarenakan rasa keinginan untuk menjadi ikut dari ke-viralan destinasi tersebut, dan setelah masa viral di media sosial hilang, maka jumlah pengunjung ke destinasi pun turun dengan sendirinya. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri gejala pengunjung semu dan menangkap hakikat realita gejala tersebut serta memberi kontribusi keilmuan terkait fenomena Pengunjung semu dan memberikan alternatif kebijakan pengembangan desa wisata dengan memperhatikan kecenderungan “pengunjung semu” ini. Hasil penelitian ditemukan bahwa promosi digital memang menjelaskan 53% Perilaku pengunjung semu, namun hal yang dihipotesiskan di awal bahwa pengunjung semu dimungkinkan berpengaruh negatif ditolak. Hasil menunjukan bahwa pengunjung semu tetap signifikan membentuk minat berkunjung kembali ke desa wisata khususnya para remaja usia 12-25 tahun.
|